Rabu, Desember 24, 2008

Tentang Aku dan Slogan Stop Merokok

Merokok sangatlah familiar ditelinga kita, aku adalah perokok aktif lima tahun lalu, namun dapat stop merokok hingga saat ini adalah suatu perilaku dasyat buat teman-teman yang saat ini masih setia dengan candu nikotin ini. Ya, aku tidak memutus pergaulanku tanpa asap kini, tetapi aku memilih lepas dari smoker friendly dan teman-temanku memuji pilihanku ini sampai aku tidak tahu lagi saat melihat diriku kembali pada masa sebelum lima tahun lalu.

Mula dari contoh buruk bapak yang biasa menyuruhku membelikan rokok baik untuk dihisap nya atau untuk para tamu yang biasa mengobrol dengan merokok. Merokok sudah suatu kebiasaan turun temurun yang menjadi pergaulan laki-laki, rasa ingin mencobanya pun kulakukan dengan diam-diam dan pertama kali aku mencoba adalah saat usia masih 9 tahun masih di Sekolah Dasar, aku mengambil sebatang rokok bapak yang tergeletak sembarangan. Rasa ingin tahuku memang sangat besar walaupun terbatuk-batuk untuk mencoba rokok pertamaku itu.

Seusia remaja dikelas dua SMP aku mulai kecanduan untuk merokok minimal dua batang sehari dan kadang uang ongkos angkot aku pakai beli satu bungkus rokok dengan merek yang belum aku kenal, lalu aku sendiri pulang dari sekolah dengan menyetop mobil bak atau kontainer BM (bonceng mobil) hingga mendekat arah rumah. Merokok dan pengaruhnya bagi mental yang telah ketagihan rokok, tanpa kusadari sudah menjadi bagian dari diriku, dan seharusnya kutahu itu tidak baik.

Merangkaknya kebutuhan pokok setelah Reformasi 1997 memang menjadi salah satu kendala bagi perokok aktif seperti ku, kenaikan harga rokok biarpun sedikit menjadikan firasat bagiku kedepannya rokokpun akan semakin mahal harganya dan disinilah eksperimenku berhenti untuk lepas dari rokok dimulai. Selain aku benar- benar sudah asbak (asal bakar) dalam sehari hingga sebungkus lebih sudah sangat menyiksaku disaat krisis dinegeri ini, dan dalam sebulan biasanya ku keluarkan sejaumlah seratus ribuan, khusus aku alokasikan untuk rokok yang aku hisap tersebut.

Cara aku berhenti dengan menghisap rokok dengan kadar tar dan nikotin yang 0,1 MG per batang malah membuat aku frustasi karena sebelumnya aku biasa menghisap rokok kretek yang kepuasan tiap hisapannya tiada tara itu. Belum lagi aku menjadi tak dapat lepas dari warung penjual rokok, ketika aku kehabisan stok rokokku pada waktu malam atau pagi-pagi sekali, linglung ya seperti begini yang namanya pesakitan. Makanya aku memulai membeli dengan perslop rokok yang biasanya berisi 12-16 bungkus rokok perslopnya, dengan maksud dapat mengontrol rasa kebutuhanku akan nikotin.

Pernah pula dalam sebatang rokok kretek, aku potong jadi empat bagian lalu aku beli paper rokok marsbrand kemudian kubuat menjadi empat lintingan dan kuhisap setiap waktu-waktu tertentu, pagi sekali, siang sekali, sore sekali dan terakhir sebelum tidur. Masih juga gagal untuk berhenti (ngurangi) apalagi kalau ada teman yang nawarin rokok, karena aku perokok, kan enggak enak ngeluarin rokok yang aku linting tersebut sementara temanku melimpah ruah rokoknya.

Dari beberapa eksperimenku ini aku tak berdaya untuk berhenti bahkan diantara pergaulanku sesama perokok, juga ada yang mencampurnya dengan ganja, bs, hashis atau apalah namanya dan mengenalkannya seakan tidak akan terjadi kenapa-kenapa selanjutnya. Memulai merokok, untuk berkenalan menuju narkoba yang amat berbahaya, sangatlah biasa terjadi. Pada intinya menyelesaikan apapun masalahnya dengan masalah baru yang belum pernah kita bayangkan risikonya.

Jadi Stoplah Merokok sebelum anda terkena penyakit, atau karena nyawa anda sudah lepas dari raga ini...